Politik dan Penguasa
Pengamat Politik
mengatakan; "Politik adalah ranah sosial untuk mewujudkan eksistensi
manusia. Karena menjadi ranah realisasi humanitas eksistensial, maka politik
harus dibangun berdasarkan prinsip-prinsip dasar etis seperti keadilan,
kejujuran, kepedulian serta tanggung jawab terhadap Allah SWT".
Barangkali, kata-kata bijak di
atas tepat untuk kita gunakan dalam mencermati berbagai fenomena dan situasi
yang berkembang akhir-akhir ini di negera kita. Kita terkadang bingung sendiri
dengan sikap dan perilaku politisi ketika menyikapi kasus demi kasus. Hal
itulah yang kemudian telah membuat kita kehilangan esensi yang benar tentang
makna politik. Dalam prakteknya, politik cenderung dipahami sebagai aktivitas
untuk memperjuangkan kepentingan pribadi atau kelompok.
Ini sangat bertolakbalakang dengan apa yang dikemukakan oleh seorang filosofis Yunani ternama; Aristoteles telah mendefinisikan manusia sebagai "zoon politikon". Ungkapan ini sebenarnya ingin menegaskan bahwa setiap orang hanya bisa berkembang berkat kehadiran orang lain. Dalam arti kata, setiap orang hendaknya bertanggung jawab terhadap eksistensi orang lain. Bertolak dari pengertian ini, politik merupakan wadah yang paling nyata di mana seseorang dapat mengembangkan dirinya dan juga mengembangkan orang lain.
Dari segi kekuasaan menurut
Machiavelli (Filosof dari Italia) merupakan alat yang mengabdi pada kepentingan
negara. Kekuasaan, dalam hal ini kekuasaan militer, juga merupakan dasar negara
yang utama, bahkan melampaui hukum. Oleh karena itu, ajaran Machiavelli
dinamakan ajaran tentang “kepentingan Negara” (staatraison). Jadi,
negara adalah tujuan akhir dari kekuasaan. Bahkan demi tujuan akhir tersebut,
Machiavelli mengabaikan tujuan-tujuan lainnya, seperti keadilan, kebebasan, dan
kebaikan bagi warga negara. Jelas hal ini tentu saja tidak sejalan dengan etika
kekuasaan di Negara demokrasi dimana rakyat adalah tema sentral dari kekuasaan,
lebih lagi Negara tersebut yang mayoritas penduduknya muslim.
Kedua konteks di atas juga
tidak salahnya dikolaborasikan dengan sosok pemimpin yang sedang berkuasa di
sekitar kita. Sudah sejalankah dengan anjuran Allah SWT?, ataukah sebaliknya.?
Bercermin dari definisi dan
paparan di atas, boleh jadi ini menjadi sumber inspirasi bagi kita untuk
menatap Indonesia umumnya, Aceh secara khususnya yang lebih gemilang ke depan.
Semoga provinsi yang berjulukan Seuramoe Meukah ini tetap
tumbuh dan berkembang mengembalikan martabatnya seperti zaman Iskandar Muda.
Maju dalam segala bidang, dengan harapan “Baldatun Thayyibatun wa
Rabbun Ghafur.” Semoga..!!
No comments