Haba Baroe

Manusia Diantara Tiga Hubungan


Diriwayatkan dari Abu Dzar al-Ghifari –radhiyallahu ‘anhu- ia berkata, bahwa sanya Rasululullah Saw bersabda: Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik. (HR. Ahmad, Tirmizi)

Banyak sekali pelajaran yang sangat berharga bagi kita jika ingin mencermati dan mempelajari hadits di atas. Tentunya harus kita pelajari kepada para alim ulama yang merupakan warisan baginga Nabi Saw. Tujuan kehadiran tulisan singkat ini barangkali bisa bermanfaat bagi penulis dan juga pembacanya. Isi dari tulisan ini hampir bisa dikatakan seratus persen merupakan terjemahan dari status yang saya kutip dan terjemah dari laman resmi facebook al-‘Allamah Prof. Dr. Ali Jum’ah –hafidhahullah- (Mufti Mesir  2003-2013).

Ada beberapa pelajaran yang sangat berharga dari hadits di atas untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan juga untuk mempersiapkan bekal menuju akhirat. Mari kita simak sama-sama.!
Manusia diantara tiga hubungan; Hubungan dirinya dengan Allah, hubungan seseorang terhadap dirinya sendiri, hubungan seseorang dengan yang lain sesamanya.

Pertama: Hubungan dirinya dengan Allah Swt.
Taqwa merupakan landasan dasar pokok dan juga syiar hubungan manusia dengan Allah Swt sebagaimana disebutkan dalam hadits “Bertaqwalah kepada Allah Swt di mana pun engkau berada.”  Demikian pula perintah yang dibangun atas dasar taqwa yaitu takut kepada Allah Swt, berbuat seperti yang telah diturunkan (Al-Quran), ridha terhadap apa yang telah diberikan meskipun sedikit, persiapan menuju hari akhir. Ini lah tujuan hubungan antara seseorang dengan Allah Swt.

Kedua: Hubungan seseorang terhadap dirinya sendiri.
Hubungan kedua ini erat kaitannya dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi dan Ibnu Majah, Rasulullah Saw bersabda: “Semua anak Adam melakukan kesalahan, dan sebaik-baik yang melakukan kesalah adalah mereka yang bertaubat.” Lantas apa mesti kita perbuat ketika telah melakukan banyak kesalahan.? Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasanya Nabi Muhammad Saw bersabda: “Sesungguhnya aku memohon ampunan kepada Allah dalam sehari seratus kali.”

Dari sini dapat kita ketahui bahwa Nabi Saw yang sudah dijamin masuk syurga, Beliau tidak pernah lupa beristighfar kepada Allah Swt seratus kali dalam sehari. Maka perbanyak lah beristighfar kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt berfirman: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.” (Q.S Nuh : 10-11) Jadi, Barang siapa yang ingin menikmati kehidupan dunia hendak lah dengan ber-istighfar. Begitu pula yang ingin menikmati kehidupan akhirat.

“.. dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya..” Ini merupakan seruan khusus, di mana ketika kita sudah terlanjur melakukan kesalahan. Karena seperti yang telah disebutkan pada hadist sebelumnya “Semua anak Adam berbuat salah.” Maka perbuatlah kebaikan setelah kejelekan.

Seseorang datang seraya mengadu kepada Nabi Saw karena sudah terlanjur banyak melakukan dosa, Nabi pun bersabda: “Pergilah dan berwudhu’ lah.” Dari hadist di atas dapat diketahui bahwa berwudhu’ dapat menghapus kesalahan-kesalahan anggota badan.

Ketiga: Hubungan seseorang dengan yang lain sasamanya.
Yaitu sambungan hadist yang diatas, “.. Serta bergaul lah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.” Banyak hubungan dan keterkaitan lainnya. Yang ini di kalangan fuqaha menyebutnya bab Mu’amalat.

Ingatlah.!
  1. Hubungan seseorang dengan Allah Swt adalah Takwa.
  2. Hubungan seseorang terhadap dirinya adalah bersegera memohon ampun kepada Allah Swt, melakukan amal kebaikan.
  3. Hubungan seseorang terhadap sesamanya adalah berakhlak dengan baik.

-     
-   Maka berakhlak baik dapat mengantarkanmu kepada sikap lemah lembut. Sikap lemah lembut adalah hakikat kesenangan. Maka kesenangan adalah sikap lemah lembut.

Berakhlak baik lah seperti yang telah diajarkan Rasulullah Saw. Lihatlah apa yang Rasulullah Saw pesan ketika Mu’adz bin Jabal diutus ke Yaman, “Dan hendaklah kamu (Mu’adz) berakhlah baik.”
Rasulullah Saw juga menyuruh beraklah baik di banyak tempat sampai-sampai beliau bersabda:
"Ø¥ِÙ†َّ Ø£َØ­ْسَÙ†َ الْØ­ُسْÙ†ِ الْØ®ُÙ„ُÙ‚ُ الْØ­َسَÙ†ُ"
"Sesungguhnya sebaik-baik kebaikan itu adalah yang berakhlak baik.

Hadits ini di kalangan ulama hadits menamakan dengan hadist “Musalsal bi al-Hasan.” Kenapa dinamakan dengan hadits “Musalsal bi al-Hasan”? Karena Sahabat, Tabi’in, Tabi’ tabi’in, Tabi’ tabi’ tabi’in namanya Hasan. (Dari al-Hasan bin Zaid dari al-Hasan bin Hassan dari al-Hasan bin al-Hasan al-Bashri dari al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib –radhiyallahu ‘anhu- cucu Rasulullah Saw). Wallahu’alam

No comments