Haba Baroe

Uniknya Khutbah Jumat di Masjid Al-Hussain

Doc. Kembara Alam Photography's

Oleh ; Teuku Tasqa Alaidin, Lc. Alumnus Gen ’14 Dayah Modern Darul Ulum, anggota IKAT Aceh, melaporkan dari Perlis, Malaysia

Saat berada di Perlis, Malaysia, saya sengaja safari mencari masjid-masjid yang kata masyarakat di sini indah dan nyaman untuk beribadah, baik di seputaran Negeri Perlis maupun Negeri Kedah.

Jumat lalu, misalnya, saya berkesempatan menunaikan shalat Jumat di Masjid Al-Hussain, Perlis. Masjid ini dibangun oleh Tan Sri Mohd Ariffin, seorang pengusaha kaya asal Melayu. Letaknya persis di tepi pantai Kuala Perlis, menghadap ke Selat Malaka.Banyak sekali pengusaha dan orang kaya di sini yang mampu membangun masjid dari koceknya sendiri. Hal ini mengingatkan saya pada sebuah hadis Nabi Muhammad saw: Barang siapa yang membangun sebuah masjid di dunia, Allah akan membangunkan sebuah rumah baginya di dalam surga. (HR. Bukhari dan Muslim)

Masjid Al-Hussain ini juga berdampingan dengan pelabuhan Kuala Perlis yang menghubungkan jalur laut ke Langkawi. Setiap harinya pelabuhan ini dilewati oleh berbagai macam kapal dan disinggahi wisatawan lokal maupun asing dari berbagai negara yang ingin meloncong ke pulau wisata, Langkawi.

“Masjid Tarapung”, begitu masyarakat Perlis sering menyebut masjid ini. Banyak hal bisa dicontoh dan diterapkan di masjid lain dari masjid yang satu ini. Tak jarang para wisatawan lokal maupun asing, terutama yang beragama Islam, menyempatkan diri masuk ke dalam Masjid Al-Hussain sambil menunggu kapal berangkat ke Langkawi. Walaupun mereka hanya sekadar melihat-lihat keindahan bangunannya, istirahat, dan lain sebagainya.

Ada hal yang sangat menarik ketika berlangsungnya pelaksanaan shalat Jumat di masjid yang menjadi lambang Kuala Perlis ini, yaitu penerjemahan teks khutbah (dari bahasa Arab dan Melayu) ke dalam bahasa Inggris. Bagi saya, ini hal yang unik.

Dalam praktiknya, semua khatib yang dipercayakan untuk menyampaikan khutbah Jumat, diharuskan menyerahkan naskah berupa isi semua khutbah atau minimal pointer-pointer khutbah yang akan disampaikannya nanti kepada Senarai Pegawai Masjid (SPM) dua atau satu hari paling lambat sebelum hari Jumat saat ia jadi khatib.

Teks khutbah bahasa Melayu itu akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh tim terjemah dari pihak Senarai Pegawai Masjid. Setelah proses penerjemahan selesai, kemudian diolah ke bentuk slide di Microsoft Powerpoint, lalu ditampilkan di layar proyektor pada saat khatib menyampaikan khutbah Jumatnya.

Terjemahan isi khutbah ke dalam bahasa Inggris ini dibuat agar jamaah dari luar negeri atau yang tak bisa berbahasa Melayu dan shalat Jumat di Masjid Al-Hussain, memahami apa yang dikhutbahkan khatib. Tentunya ini merupakan terobosan baru, sangat bermanfaat, dan mempermudah jamaah yang tak bisa berbahasa Melayu untuk menerima wasiat, pesan, tausiah, dan isi khutbah dari sang Khatib.

Mungkin inovasi penerjemahan khutbah yang ada di Masjid Al-Hussain, Perlis, ini patut kita contoh untuk masjid-masjid besar yang ada di Aceh. Seperti Masjid Raya Baiturrahman, Masjid Agung (Masjid Oman) Lampriek, dan sebagainya yang sering disinggahi oleh jamaah negara asing ketika berlangsungnya ibadah shalat Jumat.

Aceh sekarang sudah mulai dikenal sebagai salah satu daerah “Halal Tourism” di mata sebagian wisatawan asing. Upaya peumuphoem (membuat paham) jamaah asing melalui tausiah/pesan dan wasiat khutbah Jumat adalah salah satu kiat promosi agar Aceh makin dikenal luas di seantero dunia. Semoga saja.


Telah dimuat di Serambi Indonesia, edisi Minggu, 9 Juli 2017
http://aceh.tribunnews.com/2017/07/09/uniknya-khutbah-jumat-di-masjid-al-hussain

No comments